Jumat, 12 September 2008

SYAFAAT RASUL

Banyak hal tentang syafaat yang disalahpahami oleh umat. Bahasan lanjutan ini akan mengupas lebih dalam bagaimana sesungguhnya hakekat syafaat.

Para ulama memasukkan pembahasan ini dalam pembahasan aqidah dan orang-orang yang menyelewengkannya dengan menyimpangkan hakikat syafaat, bakal disikapi dengan keras. Di antara mereka yang menyelewengkannya, ada yang ifrath (berlebihan) dalam memaknainya hingga jatuh dalam syirik besar. Ada juga yang menempuh jalan tafrith (meremehkan) permasalahan, bahkan menyimpangkannya hingga terjatuh dalam sikap menolak sebagian syafaat.

Berdasarkan hal ini, para ulama menyebutkan kaidah-kaidah yang terkait dengan syafaat di dalam kitab mereka. Di antaranya:

1. Al-Imam Ahmad mengatakan: “Beriman dengan syafaat Nabi dan beriman dengan adanya suatu kaum yang telah masuk neraka dan telah terbakar serta menjadi arang, kemudian mereka diperintah menuju sebuah sungai yang berada di pintu surga –seperti disebutkan dalam riwayat tentang hal ini– dan (kita imani) bagaimana dan kapan terjadinya. Terhadap yang demikian kita hanya beriman dan mempercayai.” (Ushulus Sunnah Lil Imam Ahmad hal. 32)

2. Abu Ja’far Ath-Thahawi mengatakan: “Dan syafaat yang dipersiapkan untuk mereka kelak adalah haq (benar adanya), sebagaimana disebutkan di dalam hadits-hadits.” (Lihat matan Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah, masalah ke-41)

3. Abu ‘Utsman Isma’il bin Abdurrahman Ash-Shabuni berkata: “Ahli agama dan Ahlus Sunnah mengimani syafaat Rasulullah bagi pelaku dosa dari kalangan orang-orang yang bertauhid dan pelaku dosa besar (lainnya), sebagaimana telah diberitakan Rasulullah dalam hadits yang shahih.” (Lihat ‘Aqidatus Salaf Ashabil Hadits hal. 76)

4. Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan: “Nabi kita Muhammad akan memberikan syafaat kepada para pelaku dosa besar yang telah masuk neraka agar mereka bisa keluar setelah mereka terbakar dan menjadi arang, kemudian masuk ke dalam surga. Dan para nabi, orang-orang yang beriman serta malaikat akan memberikan syafaat (dengan seizin Allah). Allah berfirman:

وَلاَ يَشْفَعُوْنَ إِلاَّ لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُوْنَ

“Dan mereka tidak akan sanggup memberikan syafaat melainkan untuk orang yang Allah ridhai; dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada Allah.” (Al-Anbiya`: 28)

Adapun orang-orang kafir, tidak akan bisa merasakan syafaat orang yang memberi syafaat.” (Syarah Lum’atil I’tiqad, hal. 128)

Para ulama Ahlus Sunnah mengimani bahwa Rasulullah akan memberikan syafaat bagi seluruh umat pada hari kiamat nanti, sebagai syafaat yang menyeluruh. Dan bahwa beliau akan memberikan syafaat bagi pelaku dosa dari umat beliau sehingga mengeluarkan mereka setelah menjadi arang. (Lihat ‘Aqa`id A`immatis Salaf, hal. 113)

Mengapa ketika berbicara tentang syafaat, para ulama menitikberatkan pembahasan pada masalah syafaat bagi pelaku dosa besar?

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin telah menjawabnya dengan mengatakan: “Ibnu Katsir dan pensyarah kitab Ath-Thahawiyyah mengatakan: ‘Maksud ulama salaf meringkas pembahasannya dalam masalah syafaat hanya kepada pelaku dosa besar adalah sebagai bantahan terhadap Khawarij dan kalangan Mu’tazilah yang mengikuti konsep mereka (karena dua kelompok ini mengingkari syafaat tersebut, ed)’.” (Syarah Lum’atil I’tiqad hal. 129)

Milik Siapakah Syafaat?
Syafaat adalah milik Allah semata, dan semua urusannya kembali kepada Allah. Dialah yang akan memberikan izin kepada siapa yang dikehendaki-Nya untuk mendapatkan dan memberikannya. Allah berfirman:

قُلْ للهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيْعًا

“Katakan bahwa syafaat itu semuanya milik Allah.” (Az-Zumar: 44)

Ibnul Jauzi dalam tafsirnya mengatakan: “Seseorang tidak akan sanggup memilikinya melainkan dengan kehendak-Nya. Dan seseorang tidak akan bisa memberikan syafaat melainkan dengan izin-Nya.” (Zadul Masir hal. 1232)

Berdasarkan hal ini, maka meminta syafaat kepada selain pemiliknya merupakan kesyirikan yang sangat besar. Ora ng yang memintanya kepada selain Allah akan terhalangi untuk mendapatkannya kelak di sisi Allah. Karena orang yang akan mendapatkannya adalah orang yang bersih dari kesyirikan dan mereka yang diridhai.

Apakah Hamba akan Bisa Memberikan Syafaat?
Telah dijelaskan Rasulullah dalam Sunnahnya bahwa selain Allah bisa memberikannya, namun tetap tidak terlepas dari kehendak Allah dan harus terpenuhi syaratnya. Mereka adalah para nabi, malaikat, orang-orang yang beriman, dan anak-anak terhadap kedua orang tuanya.
Rasulullah bersabda:

فَيَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: شَفَعَتِ الْمَلاَئِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّوْنَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُوْنَ وَلَمْ يَبْقَ إِلاَّ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

“Allah berfirman: Malaikat akan memberikan syafaat, para nabi memberikan syafaat, dan kaum mukminin akan memberikan syafaat, dan tidak tersisa kecuali milik Allah.”1

Rasulullah bersabda:

إِنَّ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَشْفَعُ لِلْفِئَامِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَشْفَعُ لِلْقَبِيْلَةِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَشْفَعُ لِلْعُصْبَةِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَشْفَعُ لِلرَّجُلِ حَتَّى يَدْخُلُوا الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya dari umatku ada orang yang akan memberikan syafaat kepada sekelompok orang. Dan di antara mereka ada juga yang akan memberikan syafaat kepada sebuah qabilah. Dan di antara mereka ada yang memberikan syafaat kepada al-’ushbah2. Dan di antara mereka ada yang akan memberikan syafaat kepada satu orang, sehingga mereka masuk surga.”3

Rasulullah bersabda:

مَا مِنَ النَّاسِ مِنْ مُسْلِمٍ يُتَوَفَّى لَهُ ثَلاَثٌ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ إِلاَّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ إِيَّاهُمْ

“Tidaklah seorang muslim ditinggal tiga anaknya yang mati belum baligh melainkan Allah akan masukkan dia ke dalam surga dengan keutamaan rahmat-Nya kepada mereka.” 4

Dan semua hadits yang menjelaskan tentang syafaat memperkuat bahwa di antara hamba-hamba Allah ada yang akan memberikan syafaat di sisi-Nya

Tidak ada komentar: